Tampilkan postingan dengan label Khadijatul Qubra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khadijatul Qubra. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Maret 2024

Siti Khadijah Al Qubra #part 5

Sebagai Istri Khadijapun teruji kesetiaannya


"Duhai Rasulullah... hilangkanlah segala perasaan itu, Jangankan sekedar harta, sebab seluruh tenaga, waktu,rasa, hidup dan matiku telah kupersembahkan untuk Allah dan Rasulnya"



                  Andai saja engkau dengar perbincangan suami istri itu pada suatu malam dimasa masa tersulit yang dialami keduanya. Masa dimana Nabi dan keluarganya diasingkan kaum Quraisy. Hingga tak ada makanan yang bisa mereka peroleh kecuali dengan sembunyi dan tidurpun hanya beralaskan pelepah kurma, yang tak dapat menghangatkan tubuh dimusim dingin.
"Aku merasa malu kepadamu wahai Khadijah.." sang suami membuka percakapan
"Dan mengapa pula Enkau merasa begitu wahai Rasulullah ?" Tanya Khajidah
"Sebab aku menikahimu dan engkau mulia di kaummu, kini kau dicaci maki mereka. Aku menikahimu dan kau kaya raya, semua yang kau inginkan tersedia. Kini kau makan alakadarnya, bahkan sering kali harus menahan lapar diwaktu yang lama"
Sang istri memandang wajah suaminya penuh cinta, mengingatkan bahwa bahagianya bukan terletak dari gelimang harta, dianggap mulia dari kaum yang tidak mengenal Tuhannya.
Bahagianya terletak dari kebersamaan dengan sang tercinta, bahagianya ada pada pengorbanan dalam membela agama.maka Khadijah menjawab:
"Duhai Rasulullah... hilangkanlah segala perasaan itu, Jangankan sekedar harta, sebab seluruh tenaga, waktu, rasa, hidup dan matiku telah kupersembahkan untuk Allah dan Rasulnya"Alangkah indahnya ucapan itu.Sungguh tulus hati dan jiwanya dalam pembuktian cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Hingga para ahli sejarah menyimpulkan tentang tokoh kita ini "Dia adalah seorang istri yang tidak pernah berkata "tidak" pada suaminya". Baginya.... untuk sang tercinta kata "tidak" telah hilang dalam kamus hidupnya.
Begitulah Khadijah sang istri setia, orang pertama beriman, wanita mulia yang teruji kesabarannya, kebijaksanaan dan keimanannya. 

Disaat Siti Khadijah wafat disambut ribuan bidadari yang menunggu pemimpin mereka dari muka bumi.
Jenazah Siti Khadijah diurusi sendiri oleh Rasulullah SAW, memandikan, mengkafani dan menguburkannya. Bahkan Rasulullah SAW. masuk ke liang lahat melepas istrinya. Pada saat itu Sholat jenazah belum disyariatkan.
         Kepergian Siti Khadijah meninggalkan luka dan kesedihan yang mendalam bagi sang suami Muhammad SAW. Kesedihan itu tak bisa Beliau sembunyikan, bahkan Beliau terlihat jarang keluar rumah.
Cintanya kepada Siti Khadijah memang tiada dua bahkan kelak hingga Beliau beristri beberapa orang.
Nama Siti Khadijah masih sering disebut-sebut sehingga membuat Sayidah Aisyah cemburu, dengan terang terangan berkata " Aku tidak pernah mencemburui Istri-istri nabi yang lain, aku malah cemburu dengan Siti Khadijah meskipun aku tidak pernah bertemu dengannya. Karena tidak ada hari berlalu kecuali menyebut namanya, terkadang Nabi menyembelih kambing dan dibagikan kepada teman teman Siti Khadijah".(HR : Bukhari )

KHADIJATUL QUBRA - Part 1

Khadijah Al qubro bintu Khuwailid


Saat Nabi Muhammad SAW dilahirkan, Siti Khadijah adalah salah satu dari sekian banyak Kawan Aminah yang datang menjenguk bayinya. Sambil memandang bayi itu Khadijah berfikir " Andai saja aku sebaya dengannya hingga dapat kuhabiskan masa kecil bersamanya.

Rupanya Allah Sang Maha mendengar tidak melupakan harapan Khadijah saat itu, meski tidak bersama dimasa kecil tapi Allah mentakdirkan mereka bersama dimasa dewasa.

tahun tahun berikutnya Khadijah taklagi mengingat Muhammad.
Sampai suatu saat Khadijah membutuhkan seseorang yang dapat dipercaya meniagakan barang barangnya ke negri Syam nama Muhammad kembali didengar.

Dia tidak pernah berdusta, dia selalu bisa dipercaya, Dia Al Amin, begitulah cerita yang didengar oleh Khadijah.

Akhirnya Khadijah mempercayakan dagangannya kepada Muhammad. Berangkatlah Muhammad bersama budak laki-laki Khadijah yang bernama Maysaroh.

Sekembali dari perjalanan, Maysaroh menyampaikan cerita tentang Muhammad yang membuat Khadijah memutuskan sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

"Muhammad sangatlah jujur dan santun dalam perniagaan dan bersama kami mendapat untung besar. cerita Maysaroh kepada Khadijah, tetapi bukan itu yang akan kuceritakan padamu wahai Sayyidah, kemana saja berjalan selalu ada awan yang menaungi kami, maaf bukan kami tepatnya tetapi Dia, sebab tatkala aku tak berjalan bersamanya Dialah yang ternyata dinaungi awan itu.
dan kejadian lebih ajaib lagi terjadi saat perjalanan pulang, Kami dihampiri oleh seorang pelayan saat kami beristirahat di bawah sebuah pohon. Ia meminta kami menemui tuannya yaitu seorang pendeta ahli kitab bernama Bukhaira.
akulah yang datang menemuinya.
Pendeta itu bertanya tentang Muhammad, aku jawab setahuku, namun saat aku berniat mengelabuinya dia ternyata telah mengetahui tentang teman Quraisy dari keyatimannya, siapa yang mengasuhnya, bahkan sampai kebiasaan-kebiasaannya 
Kemudian pendeta itu memandang keluar jendela, melihat padang luas yang hanya ada satu pohon dimana Muhammad tengah bernaung dibawahnya, sambil berkata "
"Ketahuilah Nak... seorang yang  kini tengah bernaung di bawah pohon itu adalah seorang Nabi" ujar pendeta itu.

inilah yang ingin kusampaikan padamu wahai Sayyidah, ujar Maysaroh mengakhiri kisahnya.

Mendengar cerita ini Khadijah jadi teringat akan mimpinya dimasa yang lalu

Berpuluh tahun yang lalu Khadijah pernah bermimpi melihat cahaya turun dari langit ke dalam rumahnya, cahaya itu begitu  terang hingga menutupi seluruh bagian rumah lalu menerangi jagad raya.
Keesokan harinya Khadijah bergegas pergi menemui saudara sepupunya pendeta Nasrani yang bernama Warakah bin 
Naufal untuk menanyakan makna mimpinya yang aneh itu.

Dia menjawab dengan mata berbinar penuh kebahagiaan
" Bergembiralah... bergembiralah wahai putri pamanku... karena mimpimu bermakna bahwa Tuhan akan memuliakanmu dengan cahaya yang akan masuk ke dalam rumahmu. Aku berharap cahaya itu adalah cahaya kenabian.

kisah Maysaroh juga mengingatkan Khadijah pada suatu kejadian saat Khadijah Tawaf dan berdoa agar mimpinya jadi kenyataan.
Saat itu datang seorang Rahib Yahudi berkata dengan suara lantang:
" Wahai wanita Quraisy... hampir tiba saat munculnya seorang Nabi dari negri ini, siapa diantara kalian yang menjadi istrinya, bersiaplah...!!!

Namun tahun tahun berlalu tidak terjadi apa apayang diperkirakan oleh Khadijah Ia pun menikah dengan Abu Halah dan dikaruniain dua orang anak Hindun dan Halah. Namun pernikahan tidak bertahan lama sang suami meninggal dunia diusia muda. Kemudian Khadijah menikah lagi dengan Atiq bin A'idz  dikaruniai anak yang juga diberi nama Hindun. Lelaki itupun meninggal mewariskan harta perniagaan yang cukup besar. menjadikan Khadijah Janda kaya di kota itu.
Tidak terpikir oleh Khadijah akan menikah lagi setelah itu. karena usianya yang tak muda lagi sehingga setiap lamaran yang datang di tolaknya.
Ia juga sudah melupakan mimpi dan doanya andai tidak karena Cerita Maysaroh yang menceritakan tentang Muhammad.

#BERSAMBUNG......

Dikutip dari buku PILAR CAHAYA ( 4 Sahabat Mulia Nabi SAW ) karya Halimah Alaydrus

APAKAH INI PERINTAH TUHANMU !!!???

Ikhlas

*"SITI HAJAR PROTES"

    Mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir yang tak ada siapapun dan tidak ada apapun ? Ia hanya menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra. Hajar mengejar Ibrahim AS, suaminya, dan berteriak: *"Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?* Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh membasahi pipinya.

    Perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran. Hajar masih terus mengejar sambil terus menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit. "Wahai suamiku, ayahanda Ismail, Apakah ini Perintah Tuhanmu ?" Kali ini Ibrahim AS, Sang Khalilulloh, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim AS. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semuanya terkesiap. Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata: Iya, ini perintah Tuhanku ! Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam. Lantas *meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua malaikat, serta menggusarkan butir pasir dan angin;* *"Jika ini perintah Tuhanmu, pergilah wahai suamiku. Tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir, Allah akan menjaga kami."* Ibrahim AS pun beranjak pergi. Dilema itu sirna sudah. *Ini sebuah Pengabdian, atas nama perintah Allah, bukan pembiaran.* *Itulah IKHLAS...* *IKHLAS* _adalah wujud sebuah keyakinan mutlak, pada Sang Maha Mutlak._ *Ikhlas* adalah *kepasrahan, bukan mengalah apalagi menyerah kalah.* *Ikhlas* itu adalah _ketika engkau sanggup untuk berlari, mampu untuk melawan dan kuat untuk mengejar,_ namun.. engkau *memilih* untuk *patuh* dan tunduk.

Kisah Cinta Beda agama Putri Rasulullah SAW

9 Wasiat Sayyidina Ali RA kepada putranya

Ikhlas adalah sebuah kekuatan untuk menundukkan diri sendiri dan semua yang engkau cintai.* _Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain._ *Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir.* _Ikhlas tak pernah berhitung, tak pernah pula menepuk dada._ *Ikhlas itu tangga menuju Allah.* _Mendengar Perintah-Nya,_ *Menaati-Nya.* *IKHLAS adalah IKHLAS itu sendiri. Murni tanpa embel² kepamrihan apapun. Suci bersih 100 persen, hanya karena Allah dan mengikuti Kehendak Allah, tidak yang lain. "IKHLAS ADALAH KARUNIA ALLAH YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA HAMBA-HAMBA YANG DICINTAI_NYA" Setelah ditinggal suaminya, Ibrahim, Hajar mengendong putranya Ismail. Sambil lapar dan haus Hajar terduduk setelah perjuangannya mencari air dari Shafa ke Marwa...dari Marwa ke Shafa sampai 7 x , sementara itu kaki Ismail mengepak-ngepak ke pasir dan keluarlah air, .... air zamzam, dan di situlah Hajar dan Ismail hidup selama belasan tahun. Setelah lsmail remaja datanglah Ibrahim dengan perintah Allah untuk menyembelih Ismail anak semata wayangnya...yg sangat dicintainya...yg lama dia harapkan..yg dikaruniai Allah setelah ia berumur 100 th...anak yg sangat sholeh... Ibrahim dan Ismail, ikhlas, patuh dan sabar akan perintah Allah...... ketika Ismail sudah dibaringkan dan siap disembelih ...... ternyata Allah SWT mengganti Ismail dengan domba yg besar.

Biografi Guru Sekumpul KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani

10 Seruan Bumi kepada Manusia

    Sekarang "Setiap kita adalah 'IBRAHIM' dan setiap Ibrahim punya 'ISMAIL'.....  Ismailmu mungkin 'HARTAMU', Ismailmu mungkin 'JABATANMU', Ismailmu mungkin 'GELARMU', Ismailmu mungkin 'EGOMU'. Ismailmu adalah sesuatu yang kau 'SAYANGI' dan kau 'PERTAHANKAN' di dunia ini.... Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya *diminta Allah untuk membunuh rasa 'KEPEMILIKAN' terhadap Ismail. Karena hakekatnya semua adalah milik Allah... Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menganugrahkan KESHALIHAN dan Keikhlasan Nabi Ibrahim serta KEIKHLASAN dan Kesabaran Nabi Ismail kepada kita semua. Karena di hadapan Allah hanya ketaqwaan kita yang diterima-Nya. Semoga kita digolongkan ke dalam orang yang bertaqwa mengikuti ajaranya dan senantiasa mendapat rahmat dari allah subhanahuwataala aamiin allahuma aamiin🤲🤲

by : Badrun Terapis

my Youtube

Facebook pans Fage

Tulisan di Blog ini:

APAKAH INI PERINTAH TUHANMU !!!???

Jelang Idul Adha Harga Cabe kecil Turun

MotoGP finlandia Gagal diadakan

9 Wasiat Sayyidina Ali bin AbiThalib RA

Cara membibit Biji Kurma

Siti Khadijah Al Qubro part 5

Kisah Cinta Beda Agama Putri Rasulullah SAW


Kisah Cinta Beda Agama Putri Rasulullah

Kisah Cinta Beda Agama Putri Rasulullah SAW.

Sayyidah Zainab bintu Muhammad SAW.



Jika ditanya tentang kisah cinta paling inspiratif dalam Islam, semua orang pasti akan menjawab kisah cinta Yusuf dan Zulaikha, Muhammad SAW dan Khadijah, atau Fathimah dan Ali bin Abi Thalib. Kisah ketiga pasangan ini selalu disebut-sebut dalam banyak tulisan.
Zulaikha yang sangat mencintai Yusuf selama bertahun-tahun, Muhammad SAW yang tetap bersedia menikahi Khadijah meski jauh lebih tua darinya, dan Fathimah dan Ali yang diam-diam saling mencintai. Melihat bagaimana mereka akhirnya dipersatukan dalam ikatan pernikahan, mejadikan kita sadar betapa kuasa Allah membuat skenario indah untuk setiap hamba-Nya di muka di bumi ini.

          ."Tapi tahukah, di antara 3 kisah tadi, masih ada satu kisah cinta lagi yang tidak kalah menariknya? Kisah yang mengabarkan pada kita, bahwa cinta itu bukan memaksakan kehendak. Kita tidak pernah dilarang untuk mencintai, namun saat tiba masanya untuk memilih antara cinta dan Allah, kita tidak akan punya jawaban lain selain tetap setia pada Allah. Muslim yang baik pasti akan menempatkan Allah di mahligai teratas dalam hatinya, hingga apabila seluruh manusia di muka bumi ini benci padanya, itu tidak akan jadi masalah selagi cinta Allah tetap mengucur deras untuknya.

          Inilah inti kisah cinta kali ini, yaitu kisah cinta putri Rasulullah, Zainab, dan seorang pemuda Qurays bernama Abil Ash bin Rabi. Inilah kisah cinta yang terjalin antara seorang Muslimah dan seorang Non Muslim. Kisah yang insyaAllah akan menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Abil Ash, Pemuda Qurays yang Telah Mencuri Hati Zainab.
Zainab dilahirkan saat Nabi berusia 30 tahun. Ketika mencapai usia perkawinan, Halah binti Khuwailid meminang Zainab untuk puteranya, Abil Ash bin Rabi, seorang lelaki mulia dengan kekayaan yang melimpah. Halah binti Khuwailid sendiri adalah saudara perempuan Khadijah binti Khuwailid. Khadijah juga telah yang mengasuh Abil Ash seperti anak kandung sendiri sehingga ia diijinkan keluar masuk rumah Rasulullah seperti rumah sendiri. Karena itu, sejak kecil ia bergaul dengan Zainab puteri Rasulullah seperti saudara kandung sendiri. Zainab sangat senang mendengar cerita perjalanannya dan cerita lain yang menarik.
Karena itulah pinangan Abil Ash diterima Zainab dengan suka cita, juga Rasulullah dan Khadijah. Pernikahan akhirnya digelar. Seluruh penjuru Makkah berbahagia atas bersatunya pasangan yang serasi ini.
Usai pesta pernikahan, Khadijah pergi menemui kedua suami isteri yang saling mencintai itu dan mendoakan agar keduanya mendapatkan berkah. Kemudian dia melepas kalungnya dan menggantungkannya ke leher Zainab sebagai hadiah. Sejak itu Zainab tinggal di rumah suaminya.
Islam Menjadi Anugerah Sekaligus Ujian Bagi Zainab

          Zainab dan Abil Ash memang selalu hidup dalam keharmonisan, namun perkawinan itu berlangsung sebelum turun wahyu kepada Rasulullah SAW. Ketika Islam datang, Zainab pun tanpa ragu langsung beriman. Akan tetapi Abil Ash tidak mudah meninggalkan agamanya. Maka kedua suami isteri itu merasa bahwa kekuatan yang lebih kuat dari cinta mereka berusaha memisahkan antara keduanya.
"Tidak akan tercapai tujuan di antara kita, wahai Zainab, kecuali engkau tetap dalam agamamu dan aku tetap dalam agamaku. Demi Tuhan, ayahmu bukanlah seorang yang tertuduh. Tetapi aku tidak ingin dikatakan bahwa aku meninggalkan kaumku, dan menjadi kafir mengingkari agama nenek moyangku hanya demi menyenangkan isteri.” Ucap Abil Ash saat baru saja pulang dari perniagaan.
Pasangan suami isteri itu terdiam sebentar sambil merenung. Keduanya kaget tatkala mendengar sebuah bisikan, "Jika agama memisahkan antara kedua jasad mereka, maka cinta mereka akan tetap ada hingga keduanya dipersatukan oleh sebuah agama."

NOTE: Zainab masih terus tinggal di Makkah bersama suaminya karena pada saat itu belum ada larangan pernikahan beda agama. Mereka baru berpisah setelah kepulangan Abil Ash (pasca menjadi tawanan perang Badr) karena telah turun QS Al-Mumtahanah 60:10 dan Al-Baqarah 2:221 yang melarang wanita muslimah hidup bersama sebagai suami istri dengan pria kafir.

Zainab dan Kalung untuk Menebus Sang Suami


          Hari berganti, tibalah saatnya Rasulullah untuk hijrah ke Madinah. Betapa sedihnya Zainab karena ia tidak bisa mengikuti sang ayah berhijrah, karena sang suami maupun keluarganya tidak mengijinkan. Hingga perang Badr berkecamuk, Zainab adalah satu-satunya Muslimah yang tinggal bersama kafir Qurays di Makkah.
Saat pasukan kafir Qurays dan Muslim bertemu di lembah Badr, Abil Ash merupakan salah satu orang yang berada dalam barisan kafir Qurays. Ia mmerangi pasukan yang dipimpin oleh mertuanya sendiri. Hingga akhirnya sejarah mencatat, pasukan Muslim yang kalah jumlah itu berhasil memenangi peperangan.
Tidak sedikit dari kafir Qurays yang kehilangan nyawa, sedangkan sisanya menjadi tawanan. Abil Ash masuk dalam daftar tawanan. Ia digiring menuju kota Madinah. Keluarga para tawanan di Makkah pun berbondong-bondong mengirimkan tebusan pada Rasulullah, salah satunya datang dari Zainab. Ia mengirimkan sebuah kalung pemberian sang Ibu untuk menebus suaminya.
Mengingat putrinya dan kalung itu, hati Rasulullah gerimis. Tiba-tiba wajah Khadijah hadir di depan matanya. Rasulullah tidak sampai hati. Beliau berkata, "Jika kalian tidak keberatan melepaskan tawanan (Abil Ash) dan mengembalikan harta miliknya, maka lakukanlah." Mereka menjawab, "Baiklah, wahai Rasulullah."
Abil Ash pun dibebaskan. Saat itulah ia berjanji pada sang mertua untuk membebaskan Zainab dan mengembalikan kepada beliau di Madinah.

          Abil Ash pun pulang ke Makkah bersama kalung yang tadi dikirimkan sang istri. Kini ia tahu betapa cinta dan kesetiaan Zainab tidak pernah berkurang untuknya, meski agama menjadi tembok pemisahnya.
Jarak Makkah dan Madinah tidak Mampu Menghapus Cinta di Hati Keduanya
Begitu sampai di rumah, Abil Ash mengucapkan terimakasih pada sang istri. Ia pun berkata, "Kembalilah kepada ayahmu, wahai Zainab." Ucapnya sambil berusaha berbesar hati.
Pada hari yang telah ditetapkan, Zaid bin Haritsah bersama seorang lelaki Anshor diutus Rasulullah untuk menjemput Zainab di pinggiran dusun di luar kota Makkah.
Abil Ash tidak kuasa menahan tangisnya saat melepas kepergian sang istri. Bagaimana dia mampu melepaskan orang yang dicintainya, sedang dia mengetahui bahwa, itu merupakan perpisahan terakhir selama kekuasaan agama ini berdiri di antara kedua hati dan masing-masing berpegang pada agamanya. Yang membuatnya lebih sedih lagi, ia tidak bisa mengantarkan Zainab keluar kota Makkah karena keadaan pasca perang saat itu.
Abil Ash pun mengutus saudaranya, Kinanah bin Rabi, untuk mengantarkan Zainab. Ia berpesan,
"Hai, Saudaraku, tentulah engkau mengetahui kedudukan Zainab dalam jiwaku. Aku tidak menginginkan seorang wanita Quraisy yang menemaninya keluar kota Makkah, dan engkau tentu tahu bahwa aku tidak sanggup membiarkannya berjalan sendirian. Maka temanilah dia menuju tepi dusun, di mana telah menungggu dua utusan Muhammad. Perlakukanlah dia dengan lemah lembut dalam perjalanan dan perhatikanlah dia sebagaimana engkau memperhatikan wanita-wanita terpelihara. Lindungilah dia dengan panahmu hingga anak panah yang penghabisan.
Rupanya perjalanan Kinanah membawa Zainab tidaklah berjalan mulus, karena kafir Qurays selalu menghalangi. Ketika Zainab berada di punggung unta, Hubar bin Aswad Al-Asadi menusuk perut unta dengan lembing, hingga Zainab terlempar jatuh dan mengeluarkan darah. Janinnya telah gugur di atas gurun pasir. Tapi ketabahan dan kemantapan hatinya yang dilandasi iman serta Islam, membuat keberaniannya semakin membara, hingga tetap mantap hijrah ke Madinah. Setelah melewati beberapa hambatan, Kinanah berhasil membawa Zainab pada waktu malam, lalu menyerahkannya kepada Zaid bin Haritsah dan temannya.Keduanya pergi mengantarkan Zainab kepada Rasulullah SAW.

          Berpisahlah Zainab dengan suami tercinta dan kedua buah hatinya. Cinta Abil Ash dan Zainab benar-benar diuji. Tidak ada lagi jalan untuk bertemu. Abil Ash tetap tinggal di Makkah. Ia selalu murung dan menyendiri karena sang belahan jiwa tidak lagi ada di sisinya. Zainab pun tinggal di Madinah bersama sang ayah. Ia jadi sering sakit-sakitan karena cinta dan kerinduan yang sangat dalam. Kalau saja bukan karena iman dan takwa yang menguatkan tekadnya, tentu ia akan tetap bersama Abil Ash hingga ajal yang memisahkan.
Selalu Ada Jalan Bagi Allah untuk Mempersatukan Dua Anak Manusia
Minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Suatu hari Abil Ash keluar bersama kafilah dagangnya menuju Syam. Saat perjalanan pulang dia berjumpa pasukan Rasulullah SAW yang berhasil merampas hartanya,syukur mereka tidak membunuhnya.

          Kini Abil Ash tidak punya apa-apa lagi. Bukan hartanya saja yang ludes, melainkan juga harta yang dititipkan orang-orang padanya. Bagaimana ia bisa sanggup kembali ke Makkah?
Di tengah keputus asaan itu, Abil Ash teringat Zainab, wanita yang begitu mencintai dan setia padanya. Maka diputuskan pada suatu malam Abil Ash memasuki Madinah dengan sembunyi-sembunyi. Ia berhasil bertemu Zainab dan segera mengemukakan maksud kedatangannysa, bahwa ia ingin meminta bantuan Zainab untuk melindunginya, dan jika bisa, ia juga berharap hartanya bisa dikembalikan.
Cinta di hati Zainab masih tersimpan rapi untuk Abil Ash, karena itu pula ia bersedia melindungi lelaki tersebut. Ketika masyarakat Madinah mengetahui keberadaan Abil Ash di Masjid, mereka segera berkerumun dan berniat untuk menangkapnya. Tapi kemudian Zainab berseru, "Hai, orang-orang, aku telah melindungi Abil Ash bin Rabi. Dia dalam lindungan dan jaminanku."
Rasulullah SAW yang sedang shalat menyelesaikan shalatnya, beliau segera menemui orang banyak dan bersabda :
"Wahai, orang-orang, apakah kalian tidak mendengar apa yang aku dengar? Sesungguhnya serendah-rendah seorang Muslim, mereka tetap dapat memberi perlindungan." Kemudian beliau masuk menemui puterinya. Zainab berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya jika Abil Ash ini dianggap keluarga dekat, ia masih putera paman. Jika dianggap jauh, ia bapak dari anakku, dan aku telah melindunginya.”
Rasulullah kemudian berpesan,"Wahai, puteriku, muliakanlah tempatnya dan jangan sampai dia menyentuhmu, karena engkau tidak halal baginya selama dia masih musyrik." Meski begitu, Nabi SAW tetap terkesan melihat kesetiaan puterinya kepada suami yang ditinggalkan.

        Singkat cerita berdasarkan permohonan secara halus Rasulullah SAW, harta Abil Ash bisa dikembalikan. Beberapa orang di antara para perampas berkata "Hai, Abil Ash, maukah engkau masuk Islam dan mengambil harta benda ini, karena semua ini milik orang-orang musyrik?"
Tahukah apa yang dijawab Abil Ash? Ia berkata,"Sungguh buruk awal Islamku, jika aku mengkhianati amanat yang dipercayakan padaku." Namun saat itu benih-benih iman sudah tumbuh subur di hatinya.
nbsp;       Inilah inti kisah cinta kali ini, yaitu kisah cinta putri Rasulullah, Zainab, dan seorang pemuda Qurays bernama Abil Ash bin Rabi. Inilah kisah cinta yang terjalin antara seorang Muslimah dan seorang Non Muslim. Kisah yang insyaAllah akan menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Abil Ash, Pemuda Qurays yang Telah Mencuri Hati Zainab.
Zainab dilahirkan saat Nabi berusia 30 tahun. Ketika mencapai usia perkawinan, Halah binti Khuwailid meminang Zainab untuk puteranya, Abil Ash bin Rabi, seorang lelaki mulia dengan kekayaan yang melimpah. Halah binti Khuwailid sendiri adalah saudara perempuan Khadijah binti Khuwailid. Khadijah juga telah yang mengasuh Abil Ash seperti anak kandung sendiri sehingga ia diijinkan keluar masuk rumah Rasulullah seperti rumah sendiri. Karena itu, sejak kecil ia bergaul dengan Zainab puteri Rasulullah seperti saudara kandung sendiri. Zainab sangat senang mendengar cerita perjalanannya dan cerita lain yang menarik.
Karena itulah pinangan Abil Ash diterima Zainab dengan suka cita, juga Rasulullah dan Khadijah. Pernikahan akhirnya digelar. Seluruh penjuru Makkah berbahagia atas bersatunya pasangan yang serasi ini.
Usai pesta pernikahan, Khadijah pergi menemui kedua suami isteri yang saling mencintai itu dan mendoakan agar keduanya mendapatkan berkah. Kemudian dia melepas kalungnya dan menggantungkannya ke leher Zainab sebagai hadiah. Sejak itu Zainab tinggal di rumah suaminya.
Islam Menjadi Anugerah Sekaligus Ujian Bagi Zainab

          Zainab dan Abil Ash memang selalu hidup dalam keharmonisan, namun perkawinan itu berlangsung sebelum turun wahyu kepada Rasulullah SAW. Ketika Islam datang, Zainab pun tanpa ragu langsung beriman. Akan tetapi Abil Ash tidak mudah meninggalkan agamanya. Maka kedua suami isteri itu merasa bahwa kekuatan yang lebih kuat dari cinta mereka berusaha memisahkan antara keduanya.
"Tidak akan tercapai tujuan di antara kita, wahai Zainab, kecuali engkau tetap dalam agamamu dan aku tetap dalam agamaku. Demi Tuhan, ayahmu bukanlah seorang yang tertuduh. Tetapi aku tidak ingin dikatakan bahwa aku meninggalkan kaumku, dan menjadi kafir mengingkari agama nenek moyangku hanya demi menyenangkan isteri.” Ucap Abil Ash saat baru saja pulang dari perniagaan.
Pasangan suami isteri itu terdiam sebentar sambil merenung. Keduanya kaget tatkala mendengar sebuah bisikan, "Jika agama memisahkan antara kedua jasad mereka, maka cinta mereka akan tetap ada hingga keduanya dipersatukan oleh sebuah agama."

NOTE: Zainab masih terus tinggal di Makkah bersama suaminya karena pada saat itu belum ada larangan pernikahan beda agama. Mereka baru berpisah setelah kepulangan Abil Ash (pasca menjadi tawanan perang Badr) karena telah turun QS Al-Mumtahanah 60:10 dan Al-Baqarah 2:221 yang melarang wanita muslimah hidup bersama sebagai suami istri dengan pria kafir.

Zainab dan Kalung untuk Menebus Sang Suami


          Hari berganti, tibalah saatnya Rasulullah untuk hijrah ke Madinah. Betapa sedihnya Zainab karena ia tidak bisa mengikuti sang ayah berhijrah, karena sang suami maupun keluarganya tidak mengijinkan. Hingga perang Badr berkecamuk, Zainab adalah satu-satunya Muslimah yang tinggal bersama kafir Qurays di Makkah.
Saat pasukan kafir Qurays dan Muslim bertemu di lembah Badr, Abil Ash merupakan salah satu orang yang berada dalam barisan kafir Qurays. Ia mmerangi pasukan yang dipimpin oleh mertuanya sendiri. Hingga akhirnya sejarah mencatat, pasukan Muslim yang kalah jumlah itu berhasil memenangi peperangan.
Tidak sedikit dari kafir Qurays yang kehilangan nyawa, sedangkan sisanya menjadi tawanan. Abil Ash masuk dalam daftar tawanan. Ia digiring menuju kota Madinah. Keluarga para tawanan di Makkah pun berbondong-bondong mengirimkan tebusan pada Rasulullah, salah satunya datang dari Zainab. Ia mengirimkan sebuah kalung pemberian sang Ibu untuk menebus suaminya.
Mengingat putrinya dan kalung itu, hati Rasulullah gerimis. Tiba-tiba wajah Khadijah hadir di depan matanya. Rasulullah tidak sampai hati. Beliau berkata, "Jika kalian tidak keberatan melepaskan tawanan (Abil Ash) dan mengembalikan harta miliknya, maka lakukanlah." Mereka menjawab, "Baiklah, wahai Rasulullah."
Abil Ash pun dibebaskan. Saat itulah ia berjanji pada sang mertua untuk membebaskan Zainab dan mengembalikan kepada beliau di Madinah.

          Abil Ash pun pulang ke Makkah bersama kalung yang tadi dikirimkan sang istri. Kini ia tahu betapa cinta dan kesetiaan Zainab tidak pernah berkurang untuknya, meski agama menjadi tembok pemisahnya.
Jarak Makkah dan Madinah tidak Mampu Menghapus Cinta di Hati Keduanya
Begitu sampai di rumah, Abil Ash mengucapkan terimakasih pada sang istri. Ia pun berkata, "Kembalilah kepada ayahmu, wahai Zainab." Ucapnya sambil berusaha berbesar hati. /div>
Pada hari yang telah ditetapkan, Zaid bin Haritsah bersama seorang lelaki Anshor diutus Rasulullah untuk menjemput Zainab di pinggiran dusun di luar kota Makkah.
Abil Ash tidak kuasa menahan tangisnya saat melepas kepergian sang istri. Bagaimana dia mampu melepaskan orang yang dicintainya, sedang dia mengetahui bahwa, itu merupakan perpisahan terakhir selama kekuasaan agama ini berdiri di antara kedua hati dan masing-masing berpegang pada agamanya. Yang membuatnya lebih sedih lagi, ia tidak bisa mengantarkan Zainab keluar kota Makkah karena keadaan pasca perang saat itu.
Abil Ash pun mengutus saudaranya, Kinanah bin Rabi, untuk mengantarkan Zainab. Ia berpesan,
"Hai, Saudaraku, tentulah engkau mengetahui kedudukan Zainab dalam jiwaku. Aku tidak menginginkan seorang wanita Quraisy yang menemaninya keluar kota Makkah, dan engkau tentu tahu bahwa aku tidak sanggup membiarkannya berjalan sendirian. Maka temanilah dia menuju tepi dusun, di mana telah menungggu dua utusan Muhammad. Perlakukanlah dia dengan lemah lembut dalam perjalanan dan perhatikanlah dia sebagaimana engkau memperhatikan wanita-wanita terpelihara. Lindungilah dia dengan panahmu hingga anak panah yang penghabisan."
Rupanya perjalanan Kinanah membawa Zainab tidaklah berjalan mulus, karena kafir Qurays selalu menghalangi. Ketika Zainab berada di punggung unta, Hubar bin Aswad Al-Asadi menusuk perut unta dengan lembing, hingga Zainab terlempar jatuh dan mengeluarkan darah. Janinnya telah gugur di atas gurun pasir. Tapi ketabahan dan kemantapan hatinya yang dilandasi iman serta Islam, membuat keberaniannya semakin membara, hingga tetap mantap hijrah ke Madinah. Setelah melewati beberapa hambatan, Kinanah berhasil membawa Zainab pada waktu malam, lalu menyerahkannya kepada Zaid bin Haritsah dan temannya.Keduanya pergi mengantarkan Zainab kepada Rasulullah SAW.

          Berpisahlah Zainab dengan suami tercinta dan kedua buah hatinya. Cinta Abil Ash dan Zainab benar-benar diuji. Tidak ada lagi jalan untuk bertemu. Abil Ash tetap tinggal di Makkah. Ia selalu murung dan menyendiri karena sang belahan jiwa tidak lagi ada di sisinya. Zainab pun tinggal di Madinah bersama sang ayah. Ia jadi sering sakit-sakitan karena cinta dan kerinduan yang sangat dalam. Kalau saja bukan karena iman dan takwa yang menguatkan tekadnya, tentu ia akan tetap bersama Abil Ash hingga ajal yang memisahkan.
Selalu Ada Jalan Bagi Allah untuk Mempersatukan Dua Anak Manusia
Minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Suatu hari Abil Ash keluar bersama kafilah dagangnya menuju Syam. Saat perjalanan pulang dia berjumpa pasukan Rasulullah SAW yang berhasil merampas hartanya,syukur mereka tidak membunuhnya.

          Kini Abil Ash tidak punya apa-apa lagi. Bukan hartanya saja yang ludes, melainkan juga harta yang dititipkan orang-orang padanya. Bagaimana ia bisa sanggup kembali ke Makkah?
Di tengah keputus asaan itu, Abil Ash teringat Zainab, wanita yang begitu mencintai dan setia padanya. Maka diputuskan pada suatu malam Abil Ash memasuki Madinah dengan sembunyi-sembunyi. Ia berhasil bertemu Zainab dan segera mengemukakan maksud kedatangannysa, bahwa ia ingin meminta bantuan Zainab untuk melindunginya, dan jika bisa, ia juga berharap hartanya bisa dikembalikan.
Cinta di hati Zainab masih tersimpan rapi untuk Abil Ash, karena itu pula ia bersedia melindungi lelaki tersebut. Ketika masyarakat Madinah mengetahui keberadaan Abil Ash di Masjid, mereka segera berkerumun dan berniat untuk menangkapnya. Tapi kemudian Zainab berseru, "Hai, orang-orang, aku telah melindungi Abil Ash bin Rabi. Dia dalam lindungan dan jaminanku."
Rasulullah SAW yang sedang shalat menyelesaikan shalatnya, beliau segera menemui orang banyak dan bersabda :
"Wahai, orang-orang, apakah kalian tidak mendengar apa yang aku dengar? Sesungguhnya serendah-rendah seorang Muslim, mereka tetap dapat memberi perlindungan." Kemudian beliau masuk menemui puterinya. Zainab berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya jika Abil Ash ini dianggap keluarga dekat, ia masih putera paman. Jika dianggap jauh, ia bapak dari anakku, dan aku telah melindunginya.”
Rasulullah kemudian berpesan,"Wahai, puteriku, muliakanlah tempatnya dan jangan sampai dia menyentuhmu, karena engkau tidak halal baginya selama dia masih musyrik." Meski begitu, Nabi SAW tetap terkesan melihat kesetiaan puterinya kepada suami yang ditinggalkan.

        Singkat cerita berdasarkan permohonan secara halus Rasulullah SAW, harta Abil Ash bisa dikembalikan. Beberapa orang di antara para perampas berkata "Hai, Abil Ash, maukah engkau masuk Islam dan mengambil harta benda ini, karena semua ini milik orang-orang musyrik?"
Tahukah apa yang dijawab Abil Ash? Ia berkata,"Sungguh buruk awal Islamku, jika aku mengkhianati amanat yang dipercayakan padaku." Namun saat itu benih-benih iman sudah tumbuh subur di hatinya.
Mereka pun tetap mengembalikan harta itu kepada Abil Ash demi kemuliaan Rasulullah SAW dan sebagai penghormatan kepada Zainab. Laki-laki itu pun kembali ke Mekkah dengan membawa hartanya dan harta orang banyak yang telah diamanahkan padanya.
Setelah mengembalikan harta kepada pemiliknya masing-masing, Abil Ash berdiri dan berkata, "Wahai, kaum Quraisy, apakah masih ada harta seseorang di antara kalian padaku?" Mereka menjawab, "Tidak. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Kami telah mendapati kamu seorang yang jujur dan mulia."
Abil Ash berkata,
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Demi Allah, tiada yang menghalangi aku masuk Islam di hadapan Muhammad SAW, kecuali karena aku khawatir mereka menyangka aku ingin makan harta kalian. Setelah Allah menyampaikannya kepada kalian dan aku selesai membagikannya, maka aku masuk Islam."

         Akhirnya Allah menunjukkan skenarionya yang begitu indah untuk Zainab dan Abil Ash. Keluarga yang pernah berpisah selama 6 tahun itu akhirnya kembali bersatu dalam satu atap rumah tangga bersama anak-anak mereka. Mereka kini tinggal dalam satu atap, satu iman dan satu perjuangan dalam Islam.
Sayang, suasana bahagia itu tidak berlangsung lama. Zainab meninggal mendahului suaminya, setahun setelah kembali berkumpul dalam satu atap rumah tangga dengan suaminya. Zainab meninggal dunia pada tahun 8 Hijriah dan Rasulullah SAW sangat sedih atas kepergiannya. Rasulallah saw sendiri turun ke dalam kuburan di saat pemakaman.
Zainab meninggal dunia setelah meninggalkan kenangan terbaik. Dia telah menjadi contoh terbaik dalam hal kesetiaan isteri, keikhlasan cinta dan kebenaran iman. Tidaklah mengherankan apabila suaminya berkata dalam suatu perjalanan ke Syam, "Puteri Al-Amiin, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan setiap suami akan memuji sesuai dengan yang diketahuinya." Rasulallah saw bersabda mengenai Zainab, “Sesungguhnya ia adalah sebaik baiknya anakku dalam menerima musibah.”

Begitulah sahabatku, betapa Maha Kuasanya Allah. Jika Dia sudah berkehendak, tidak ada satu hal pun yang bisa menghalangi. Cinta Zainab dan Abil Ash hendaknya bisa kita jadikan pembelajaran tentang bagaimana mencintai yang benar. Saat ini banyak sekali kita dengar Muslim yang menggadaikan imannya demi menikahi seseorang yang tidak seiman, atau ada juga yang memilih pernikahan dengan dalih ‘Untukmu agamamu, dan untukku agamaku’.
Harusnya kisah Zainab menjadi peringatakan keras bagi kita bahwa Islam melarang pernikahan beda keyakinan. Pernikahan seperti itu bernilai zina sepanjang waktu. Andai ayat ‘Untukmu agamamu, dan untukku agamaku’ berlaku dalam pernikahan, tentu Zainab tidak pernah berpisah dengan Abil Ash hingga 6 tahun lamanya.
Jangan biarkan kita menjadi budak cinta, karena sesungguhnya syaitan senang sekali memanfaatkan cinta di hati kita. Ingatlah cinta kepada manusia tidak ada yang abadi apabila tidak berlandaskan pada Allah, sementara cinta kepada Allah akan terus dibawa hingga di kehidupan kemudian.

Wallahu a'lam bissawab

apa yang anda cari ?

SITI KHADIJAH QUBRA -# part 3

KHADIJAH AL QUBRO BINTU KHUWAILID. part #3   15 tahun berselang mereka dikaruniai 5 orang anak, 4 perpuan yang diberi nama Zainab, Umi K...