KHADIJAH AL QUBRO BINTU KHUWAILID.part #3
15 tahun berselang mereka dikaruniai 5 orang anak, 4 perpuan yang diberi nama Zainab, Umi Kultsum, Ruqayyah, Fatimah dan seorang anak laki-laki bernama Qasim yang telah meninggal di usia balita. Tibalah apa yang sepanjang waktu dinantikan oleh Khadijah.
17 Ramadhan kala itu, Khadijah dikejutkan oleh kedatangan suaminya yang gemetar lututnya, menggigil tubuhnya, naik turun dadanya dan hanya bisa berucap:
"Selimuti aku, Khadijah... segera selimuti aku..." ucapnya dengan suara bergetar ( HR Bukhori )
Khadijah mendekap suaminya tanpa panik. Kematangan usia mengecap pahit manis kehidupan mengajarkan kepadanya kebijaksanaan menghadapi segala keadaan.
Dipapahnya sang suami menuju pembaringan, dan seperti perintahnya iapun menyelimuti lelaki yang sangat disayanginya itu dengan penuh kasih sayang.
Sang suami beberapa bulan belakangan ini memang memiliki kebiasaan yang tak wajar, ia senang menyendiri tak pernah tertarik dengan penyembahan berhala, pesta ataupun budaya jahiliyyah yang dilakukan kaumnya. Ia lebih memilih berdiam diri di gua Hira, bahkan hingga bermalam-malam. Khadijah sebagai istri yang baik selalu menyiapkan bekal dan terkadang mengantarkannya untuk sekedar memastikan keadaan.
Ditungguinya tubuh gemetar sang suami hingga reda. Waktu berselang dalam jeda, dinantinya suami bercerita dengan lebih leluasa.
"Khadijah... sewaktu aku tengah berbaring di gua Hira tadi, tiba-tiba seorang lelaki berdiri di hadapanku. Tak kukenali dia namun ia begitu putih pakaiannya dan begitu hitam rambutnya. Aku bangkit berdiri dengan bingung dan lelaki itu berkata :
"Bacalah... !!! wahai Muhammad" perintah lelaki itu tegas. Aku tidak mengerti dari mana ia mengenal namaku.
"Aku tidak dapat membaca" jawabku padanya.
Ia lalu maju ke arahku dan mendekapku erat, begitu eratnya sampai aku kehabisan nafas dan dadaku sesak, lalu melepaskan ku.
"Bacalah...!!! wahai Muhammad" perintahnya lagi.
Aku kembali menjawab :
"Aku tidak bisa membaca"
Ia mendekapku kembali lebih erat, membuat nafasku sesak dan kusangka aku akan mati karenanya. Ia lalu melepasku
"Bacalah...!!! wahai Muhammad" ulangnya lagi
Aku tak tahu harus menjawab apa, namun bukankah aku memang tidak bisa membaca.
Maka akupun kembali berkata :
"Aku tidak bisa membaca"
Iapun kembali mendekapku lebih erat, aku merasa yakin inilah kematian yang diceritakan orang-orang, namun ia melepaskanku kembali setelah aku nyaris kehabisan nafas. Dan dia kembali berkata :
"Bacalah...!!! wahai Muhammad"
Aku sudah begitu lelah hingga akupun bertanya padanya :
"Apa yang harus aku baca...???"
Ia menjawab :
"Bacalah...!!! demi nama Tuhanmu yang maha menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan demi nama Tuhanmu yang maha Agung, Ia telah mengajar manusia dengan pena, mengajarkan padanya yang belum dia tahu ( QS. Al-Alaq : 1-5 )
"Seketika itu juga Ia berpaling meninggalkanku dalam gagu, membiarkanku dalam gigil dan kejut tubuh. Tak tahu harus apa dan bagaimana untuk waktu yang cukup lama. Aku lalu berlari pulang"
Khadijah mendengarkan semua itu dengan seksama, lalu bertanya :
"Hingga kau gemetar ketakutan ini, apa yang kau takutkan wahai suamiku ??? Adakah kau khawatir telah diganggu oleh Jin atau makhluk halus lainnya ???
Sang suami mengangguk.
Sang istri yang telah mempersiapkan diri untuk hal semacam ini tersenyum dan berkata :
"Orang sepertimu tak akan dikecewakan Tuhan, wahai Muhammad... bukankah engkau selalu menyambung tali kekerabatan, menyantuni anak yatim, menjamu tamu dan menolong orang yang tertimpa kemalangan...???
Sungguh jawaban yang menenangkan. Ucapan yang mendamaikan, dalam keadaan takut, gelisah atau sedih, seseorang memang membutuhkan pujian. Khadijah tahu persis mengenai hal itu.
Setelah dirasa ketakutan suaminya hilang, dia lantas mengajak sang suami bertemu dengan Waraqah bin Naufal pendeta Nasrani saudara sepupu Khadijah.
Di hadapan sang pendeta, Khadijah meminta suaminya menceritakan apa yang telah dia alami di gua Hira. Waraqah mendengar dengan mata berbinar. Apa yang dinantinya sekian lama kini telah di depan mata.
"Muhammad... jika benar apa yang kau sampaikan kepadaku ini, ketahuilah...!!! Engkau telah didatangi oleh Annamus, Jibril sang penyampai wahyu Tuhan, malaikat yang pernah mendatangi nabi Musa AS, dan duhai Muhammad... itu artinya engkau adalah Nabi Umat ini, engkaulah sang utusan yang selama ini dinanti orang. Engkaulah yang dipilih menjadi penyampai wahyu Tuhan"
Diusapnya jenggot putih dan kulit mukanya yang renta, ia menarik nafas panjang. Seketika mata berbinar ya meredup dan berganti kesedihan, ia berkata penuh sesal :
"Andai saja aku masih muda saat ini, hingga dapat membantumu saat kaummu mengusirku"
Khadijah tak mampu menahan tanya :
"Apakah mereka akan mengusir Muhammad ??? ucapnya.
Kalian berdua harus tahu. Tidak ada seorang Nabi yang Tuhan pilih menjadi utusan kecuali Ia akan mendapat gangguan dan perlakuan jahat dari kaumnya" ucap sang pendeta tanpa ragu.
#BERSAMBUNG....
dikutip dari buku PILAR CAHAYA ( kisah 4 Sahabat Mulia Nabi SAW )
karya : Halimah Alaydrus